Meditasi pada prinsipnya adalah selalu menyadari segala sesuatu yang sedang dikerjakan, diucapkan dan juga dipikirkan. Oleh karena itu, latihan meditasi juga bisa dilakukan sambil duduk, berjalan, berdiri dan juga berbaring.
Bagaimana sih caranya meditasi? Buat temen-temen yang belum tahu dan mau belajar berikut ini langkah-langkah yang bisa teman-teman ikuti
Langkah-langkah :
• Persiapan
Duduk bersila dengan posisi kaki kanan di atas kaki kiri. Usahakan kedua lutut menyentuh lantai. Beri alas duduk atau bantalan bila perlu. Letakkan tangan tangan kanan di atas tangan kiri dengan kedua ibu jari bersentuhan. Letakkan tangan di pangkuan. Pastikan tubuh dalam keadaan tegak dan rileks.
• Ambil nafas panjang
Pejamkan mata dan latihlah pernafasan untuk beberapa saat, caranya: bernafaslah setiap 3 hitungan, ambil nafas, tahan, hembuskan. Bisa juga dengan mengucapkan dalam hati “masuk” ketika nafas masuk dan “keluar” ketika nafas keluar. Lakukan secara berulang.
• Konsentrasikan pikiran
Konsentrasikan pikiran pada nafas yang keluar dan masuk. Rasakan setiap nafas yang masuk dan keluar melalui hidung. Biarkan nafas keluar dan masuk secara alami. Pastikan posisi tubuh tetap dalam keadaan rileks. Bila pikiran menyimpang, pusatkan / tarik kembali pada objek meditasi secara perlahan-lahan dengan penuh kesadaran.
• Tahap akhir
Perlahan-lahan kembalikan kesadaran dan perhatian pada tubuh. Rasakan seluruh bagian tubuh, gerakkan jari – jari tangan dan kaki secara perlahan. Gerakkan kepala dan ketika siap bukalah mata secara perlahan.
Tips :
• Sebaiknya meditasi dilakukan pagi hari antara pukul 04.00 sampai pukul 07.00 dan malam hari antara pukul 17.00 sampai pukul 22.00.
• Jika pada saat bermeditasi ingin mengganti posisi duduk, lakukan secara perlahan sambil tetap disadari
• Untuk permulaan lakukan meditasi selama 10 menit kemudian ditingkatkan bertahap menjadi 15 menit dst
Categories
- Artikel (3)
- Doa (1)
- Komik (2)
- Liputan (1)
Blog Archive
Label: Artikel
Siapakah Buddha itu? Ketika ditanya seperti itu, umumnya orang akan menjawab oh… Buddha ya Buddha, ada lagi yang menjawab Buddha itu Siddharta Gautama atau Buddha itu Maitreya. Sebenarnya Buddha bukanlah sebuah nama, melainkan gelar bagi seseorang yang telah mencapai penerangan sempurna . Buddha berasal dari kata Bodh, yang berarti bangun atau sadar.
Semua orang bisa menjadi Buddha, karena pada dasarnya setiap orang memiliki benih-benih kebuddhaan dalam dirinya. Setiap orang memiliki tiga akar kebaikan yaitu : alobha (tidak serakah), adosa (tidak membenci), dan amoha (tidak bodoh, mengetahui apa yang baik dan yang buruk). Dengan mengembangkan sifat-sifat ini, seseorang dapat menghapuskan kekotoran batinnya dan mencapai penerangan sempurna.
Ada 3 sifat utama yang dimiliki seorang Buddha, yaitu maha parisuddhi atau maha suci, maha panna atau memiliki kebijaksanaan tertinggi, dan maha karuna atau memiliki kasih sayang yang tanpa batas.
Ternyata Buddha Gautama bukanlah satu-satunya Buddha yang telah muncul di dunia. Sebelumnya ada Buddha-Buddha lain, yaitu Buddha Vipassi, Sikhi, Vessabhu, Kakusandha, Konagamana, dan Kassapa. Namun Buddha Gautama ialah Buddha yang dikenal saat ini melalui ajaran-Nya, yang dikenal dengan Dhamma.
Walaupun kita tidak mengenal Buddha-Buddha lainnya, ternyata setiap Buddha memiliki inti ajaran yang sama, yaitu kurangi perbuatan jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran. Jadi, sudahkah kita lebih mengenal Buddha?
-------------------------------------------------------------------------------------
Penerangan sempurna dapat diartikan sebagai pemahaman mendalam tentang kehidupan, mengapa ada kelahiran, penderitaan, kematian, dsb. Dengan pemahaman tersebut, seseorang dapat merancang nasibnya sendiri dan terbebas dari semua penderitaan serta mencapai kesucian.
Ada 10 kekotoran batin yang telah dilenyapkan oleh seorang Buddha, yaitu pandangan salah tentang aku yang kekal, keragu-raguan, kemelekatan, pemuasan nafsu indera, kebencian, keinginan untuk terlahir di alam rupa, keinginan untuk terlahir di alam arupa, kesombongan, kegelisahan, dan kebodohan.
Label: Artikel
Anda menemukan sebuah koper di teras stasiun kereta. Mungkinkah koper itu sengaja dibuang? Mungkin koper itu begitu berharga bagi pemiliknya? Mungkin pemiliknya ada di dalam kereta yang barusan berangkat? Anda memeriksa isi koper itu, ternyata banyak dokumen berharga dan bahkan sejumlah uang yang cukup besar.
Karena Anda sendiri tidak membawa banyak bawaan, Anda dapat membawa koper itu dan menyerahkannya di kantor kereta di stasiun berikutnya. Anda putuskan untuk membawa koper itu, karena Anda tidak yakin dengan kejujuran orang lain yang menemukannya. Anda memilih untuk menanggung beban menemukan pemilik koper tersebut. Anda merasa bersalah jika tidak melakukannya.
Kala Anda menarik koper itu ke dalam kereta yang penuh sesak, ternyata koper yang cukup besar dan berat itu menyita banyak tempat. Bagaimanapun juga, Anda merasa koper itu begitu penting, karena itu barang orang lain yang ada pada Anda. Ketika Anda pergi ke toilet pun, Anda merasa perlu membawanya serta. Lama-kelamaan, karena makin merepotkan, koper itu jadi terasa semakin berat. Mulai timbul pemikiran untuk menyerah saja, meninggalkan saja koper itu, masa bodoh dengan "nasib" koper itu, toh sebenarnya itu bukan tanggung jawab Anda. Namun, jika bukan Anda, lalu siapa? Bukankah tindakan kebajikan ini sudah separuh jalan?
Ketika Anda kembali berjuang membawa koper itu, terbersit pemikiran bahwa jangan-jangan koper itu memang sengaja dibuang oleh pemiliknya. Akankah sang pemilik menghargai dan memberi hadiah? Pikiran jadi makin tidak keruan.
Tiba-tiba, Anda terhenyak, seperti halnya dengan apa pun yang Anda pilih untuk lakukan, Anda tidak akan pernah bisa yakin 100% akan hasilnya. Kenyataannya, hidup Anda pada hari ini sama sekali berbeda dengan apa yang Anda bayangkan tahun lalu. Anda hanya bisa yakin dengan satu hal, yaitu niat Anda, apa yang mendasari Anda untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Dalam kasus koper itu, semata-mata welas asihlah yang mendorong Anda untuk mengambil alih beban orang lain.
Anda sadar bahwa tindakan Anda tidak sepenuhnya tanpa syarat, karena Anda berharap setidaknya mendapat ucapan terima kasih atau ungkapan penghargaan lainnya. Hasrat yang bercampur dengan ketidakpastian ini membuat koper itu terasa makin berat saja. Sikap "pembedaan", bahwa Anda membawa barang "orang lain", membuat Anda gerah dan tidak rela penuh, sekalipun Anda merasa wajib membawanya. Jika Anda sanggup mengikhlasinya, kopor itu jadi terasa ringan. Anda hanya perlu berdiri di sepatu sang pemilik dan membayangkan keresahannya. Apakah Anda tega untuk tidak melakukan suatu pertolongan yang Anda sanggup lakukan?
Anda menyadari bahwa karena Anda telah memilih untuk membawanya, Anda harus membawanya dengan bahagia. Hasil akhirnya bagaimana tidak terlalu penting. Anda bisa memilih untuk menikmati kebajikan tindakan Anda dalam proses, saat ini juga, alih-alih memusatkan pikiran akan hasil. Itulah sebabnya, tindakan baik atau jasa diukur dengan niat luhur kita, bukan hasilnya.
Berhubung satu-satunya hal yang bisa kita yakini adalah niat baik kita, kebajikan welas asih membawa sukacita tersendiri dan berbuah seketika. Jika kita bisa memetik buahnya saat ini juga, kenapa menunda kebahagiaan kita? Semakin kita mendalami hal ini, semakin siaplah kita untuk mengambil tugas menolong orang lain. Tindakan menolong tanpa syarat tidak akan menjadi beban, malahan jadi sumber kebahagiaan. Dalam melatih kemurahan hati, semakin banyak kita memberi, semakin banyak kita menerima. Pengorbanan sejati adalah pengorbanan yang tidak terasa seperti pengorbanan.
---
Kejadian diatas mungkin sering kita temui dalam bentuk yang berbeda, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berorganisasi. Pada awalnya, kita melakukan sesuatu dengan niat yang luhur, tanpa pamrih ataupun pikiran-pikiran buruk lainnya. Namun ditengah-tengah perjalanan, kita menemui masalah, halangan, rintangan, yang kemudian membuat kita merasa susah. Kesusahan itu menimbulkan keragu-raguan di dalam hati kecil kita. Ragu akan hal yang sedang kita lakukan, ragu apakah itu akan membawa kebaikan bagi diri kita. Karena pada kenyataannya perbuatan itu saat ini menimbulkan kesulitan bagi kita.
Disaat sulit seperti inilah kita harus ingat tujuan awal kita. Ingat pada ketulusan hati kita saat itu. Meneguhkan hati untuk tetap memilih hal yang benar, dan mengubah kesulitan yang disebabkan oleh faktor luar seperti tugas organisasi, menjadi beban pribadi yang harus dijalani. Kita hanya perlu mengikhlasinya. Menanggung beban itu dengan ikhlas, dan ia akan terasa ringan. Dan saat kita berhasil melewati rintangan itu serta menyelesaikan tujuan awal kita, kita akan maju, menjadi orang yang menang atas diri sendiri. Saat itu kita akan berbahagia, dan menjalani hidup untuk memberi, karena memberi membawa kebahagiaan bagi kita.
Label: Artikel
Pada Bulan Juni 2008, Surabaya kembali dihebohkan oleh Buddhist Expo yang bertempat di Supermall Ballroom. Ini adalah pameran Buddhist kedua yang diadakan di Jawa Timur, setelah yang pertama diadakan di Tunjungan Plaza 5 tahun lalu. Pameran yang diselenggarakan oleh Buddhist Education Center ini terbuka untuk umum dan berlangsung selama 7 hari. Kita lihat yuk apa saja isi pameran ini….
Benda-benda yang ditampilkan dalam pameran sebagian besar merupakan budaya dan sejarah dalam perjalanan Agama Buddha, yang dikemas dalam beragam bentuk, seperti diorama, gambar, lukisan, dan miniatur. Semua itu dapat dinikmati dengan membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000.
Begitu memasuki ruang pameran, pengunjung langsung dihadapkan pada dinding dan bangunan yang mengingatkan kembali tentang sejarah Agama Buddha khususnya di Indonesia. Tidak jauh dari tempat ini, pengunjung dapat menyaksikan diorama kehidupan Sang Buddha sebanyak 31 diorama. Bagi pengunjung yang belum pernah melihat Tripitaka secara langsung, kali ini panitia tidak hanya menyajikan tripitaka dalam satu bahasa saja, namun dalam beberapa bahasa. Menarik kan?
Nah, yang satu ini yang ditunggu-tunggu, dalam pameran ini terdapat reclining Buddha dengan panjang 21 meter dan tinggi 6 meter. Di sini, pengunjung dapat melakukan adhitthana (tekad kuat) dalam dirinya untuk mencapai pembebasan (nibbana) dan dapat selalu berjodoh dengan Buddha Dhamma. Di dalam ruangan ini, juga terdapat miniatur tempat bersejarah dan kumpulan gambar tentang penyebaran agama Buddha di Indonesia. Lanjut ke ruang berikutnya ya....
Di tengah-tengah keramaian orang yang mengunjungi pameran, ternyata ada ruangan yang cukup tenang, yaitu ruang meditasi dan wawasan universal. Di ruang wawasan universal, pengunjung dibuat seolah-olah sedang melayang di ruang angkasa. Diharapkan melalui kebesaran alam semesta, pengunjung dapat membuka wawasannya tentang kehidupan ini.
Setelah melewati ruangan ini, pengunjung dapat menyimak intisari ajaran dalam bentuk gambar, serta sebuah lukisan yang sangat panjang. Di ujung ruangan terdapat ruang puja relik. Di sini, pengunjung dapat memberikan penghormatan atau bermeditasi di depan relik orang suci.
Bagi pengunjung yang belum mengenal aliran-aliran dalam agama Buddha, pengunjung dapat menyaksikan kegiatan dan budaya masing-masing aliran di ruang budaya dan ritual. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat kegiatan Buddhist di luar negeri dan berinteraksi dengan Sangha-sangha baik di dalam maupun di luar negeri.
Pameran ini juga melibatkan komunitas-komunitas Buddhist khususnya di wilayah Surabaya. Tujuannya agar pengunjung bisa mengenal lebih dekat budaya, ritual, maupun komunitas Buddhist yang ada. Selain komunitas, di sini juga terdapat area bisnis, mulai dari makanan hingga souvenir-souvenir Buddhist. Yang pasti dalam pameran ini ramai banget deh dan sangat menarik.
Nah, setelah puas berkeliling, pengunjung dapat menikmati rangkaian acara lainnya yang berupa diskusi agama dan budaya, pertunjukan kesenian oleh artist dari dalam dan luar negeri, serta kegiatan lainnya. Singkat kata, Buddhist expo ini memang bener2 heboh. Jadi ga' sabar nunggu expo berikutnya…..
Label: Liputan